Iciprasa.com | Krueng Geukueh, 16 April 2025
Teksturnya lembut, bentuknya imut, dan rasanya bikin susah berhenti ngunyah. Mochi—camilan kenyal asal Jepang—kembali mencuri perhatian. Kali ini lewat tampilannya yang lucu dan ramai dibicarakan di media sosial. Dari bentuk hewan menggemaskan sampai karakter anime favorit, mochi hadir bukan cuma sebagai makanan, tapi juga karya seni kecil yang bikin gemas.
Tapi siapa sangka, di balik tampilan manis itu, mochi punya sejarah panjang yang mengakar kuat dalam budaya Jepang. Awalnya, mochi dibuat untuk upacara keagamaan dan hanya disantap dalam perayaan khusus seperti Tahun Baru. Proses pembuatannya pun nggak sembarangan—beras ketan ditumbuk dengan palu kayu besar secara bergantian, sebagai simbol kerja sama dan keberkahan. Seiring waktu, mochi bertransformasi jadi camilan sehari-hari yang kini dinikmati lintas generasi dan negara.
Kini, mochi tak lagi hadir dalam wujud klasik. Kreativitas para pembuatnya menjadikan mochi bukan cuma lezat di lidah, tapi juga enak dipandang—dan pastinya, viral di dunia maya.
Iciprasa menemukan sebuah kedai yang menjual camilan kenyal ini di Krueng Geukueh, tepatnya di Jalan Ramai. Kedai ini bernama Mochi Elka Rasa-Rasa, yang dikelola oleh Kak Yuka, salah satu karyawan yang bekerja di sana. Mochi yang dijual dibanderol seharga Rp5.000 per porsi dan memiliki berbagai varian rasa, seperti krim, cokelat, keju, krim cokelat, krim keju, dan tiramisu.
Mochi yang dijual merupakan produk rumahan yang terus dikembangkan dari segi rasa dan bentuk, menambah daya tarik camilan ini. Dalam sehari, kedai ini bisa meraih omzet lumayan, sekitar Rp800.000–Rp600.000 jika ramai. Pada hari biasa, omzetnya berkisar Rp400.000–Rp300.000. Dalam sehari, kedai ini bisa menghabiskan 2 hingga 4 boks mochi.
Kedai ini buka setiap hari dari pukul 15.00 hingga 18.30 (setelah magrib).
By:M.irwansyah