Nabila Mutia – iciprasa.com
Senin. 07 juni 2025 10:30 WIB
ICIPRASA.COM | ACEH TAMIANG 07/06/2025) – Setiap Hari Raya Iduladha, banyak masyarakat Indonesia mengolah daging kurban menjadi rendang, salah satu makanan tradisional khas Padang. Rendang dari daging kurban tidak hanya menjadi sajian lezat, tetapi juga simbol syukur, kebersamaan, dan pelestarian tradisi kuliner Nusantara.
Rendang buatan ibu menjadi menu andalan keluarga setiap Hari Raya Iduladha dan momen-momen penting lainnya. Masakan ini selalu dinantikan oleh seluruh anggota keluarga karena rasanya yang lezat, kaya rempah, dan dibuat dengan penuh kasih sayang.
Rendang ini dibuat oleh ibu saya, sosok yang selalu menjadi juru masak utama di rumah. Beliau dikenal oleh keluarga besar dan tetangga sebagai orang yang ahli memasak rendang, dengan resep yang sudah diturunkan dari nenek. Rendang buatan ibu biasanya dimasak saat Hari Raya Iduladha, Idulfitri, atau saat keluarga besar berkumpul. Tahun ini, rendang dimasak pada Hari Raya Iduladha 1446 H, setelah pembagian daging kurban dari masjid dekat rumah.
Proses memasak dilakukan di rumah kami, dengan suasana dapur yang ramai, hangat, dan penuh canda tawa dari keluarga yang ikut membantu. Dapur menjadi tempat berkumpul dan berbagi, bukan hanya memasak.
Rendang buatan ibu bukan sekadar makanan, melainkan wujud cinta dan pengorbanan yang beliau berikan untuk keluarga. Setiap potong daging yang dimasak selama berjam-jam mencerminkan kesabaran dan ketulusan hati. Bagi kami, rasa rendang buatan ibu tidak pernah tergantikan bukan hanya karena kelezatannya yang khas, tetapi karena setiap proses memasaknya dilakukan dengan penuh kasih. Itulah yang membuat rendang ini selalu menjadi bagian paling dirindukan dari setiap perayaan.
Ibu memasak rendang dengan cara tradisional, menggunakan santan kental, bawang merah, cabai, lengkuas, serai, dan daun kunyit. Daging dimasak selama berjam-jam dengan api kecil, sambil terus diaduk agar bumbu meresap sempurna.
Oleh: Nabila Mutia